Ingin Produksi Film, Cukup Pakai Kamera DSLR
oik yusuf/ kompas.com
Alexander
Buono, diapit Canon Division Director PT Datascrip Merry Harun (kiri)
dan Marketing Manager Canon Image Communication Product Division, PT
Datascrip Sintra Wong (kanan)
JAKARTA, - Kamera DSLR (
Digital Single-Lens Reflex)
yang sebelumnya hanya digunakan untuk menghasilkan foto dan video
sederhana, kini berevolusi mampu menghasilkan video profesional, bahkan
untuk proses produksi film atau acara televisi.
"Kamera DSLR mempersingkat
workflow
sehinga seluruh proses produksi untuk acara saya dapat diselesaikan
dalam waktu kurang dari 24 jam," ujar Alexander Buono, Director of
Photography unit film dari acara televisi Saturday Night Live.
Pria
asal Portland, Amerika Serikat ini adalah lulusan USC School of
Cinematic Arts yang telah menelurkan sejumlah video musik dan film.
Karyanya termasuk film Green Street Hooligans, Shanghai Kiss, film
dokumenter Bigger Stronger Faster, dan film pendek Johnny Flynton yang
menerima nominasi Oscar.
Pada 1999, Alex bergabung dengan
Saturday Night Live, acara TV populer di stasiun CBS yang telah
ditayangkan sebanyak lebih dari 700 episode.
Hari MInggu
(8/7/2012) lalu, melalui PT Datascrip, Canon mendatangkan Alex sebagai
pembicara di seminar sinematografi bertajuk "TV Production with Canon
EOS System". Dalam acara, Alex menceritakan pengalamannya dalam memakai
DSLR untuk produksi video profesional.
Dari Film ke Digital, lalu DSLRPertama
kali bekerja dengan unit film Saturday Night Live, Alex menggunakan
kamera film yang merekam gambar dalam media pita seluloid. "Proses
produksinya panjang dan merepotkan," ungkap Alex. Dia berkisah, setelah
selesai merekam gambar, gulungan film harus di-
develop terlebih dahulu sebelum bisa di-
edit.
Kemudian
datanglah kamera dengan format digital atau Mini-DV. Meskipun jauh
lebih praktis dibandingkan kamera film karena ukuran alatnya yang lebih
kecil dan proses transfer film yang tak perlu melalui proses panjang
sebelum bisa di-edit, Alex merasa kurang puas dengan kamera mini-DV.
Sebabnya, "Kualitas gambarnya tak sebagus film," ujar Alex.
Kurang bagusnya kualitas tangkapan gambar mini-DV, menurut Alex, antara lain disebabkan oleh ukuran sensor gambar yang kecil.
Tahun 2009, setelah mengenal DSLR dari fotografer Saturday Night Live, Alex mulai memakai DSLR dalam merekam
title sequence
untuk Saturday Night Live. Kamera yang dipakainya adalah EOS 5D Mark
II dan EOS 7D dari Canon yang kala itu sudah mulai dipergunakan untuk
produksi video karena mampu merekam gambar bergerak.
Hasilnya,
"Saya sangat suka dengan tangkapan gambarnya yang sebanding dengan
film," ujar Alex. Bukan hanya itu, karena menggunakan media Compact
Flash, proses transfer video menjadi sangat mudah.
Sensor gambar
CMOS full-frame dan APS-C pada kamera EOS 5D Mark II dan EOS 7D
berukuran jauh lebih besar dibandingkan sensor pada kamera video pada
umumnya sehingga sensitivitasnya terhadap cahaya pun lebih baik.
Artinya, kamera DSLR bisa digunakan di tempat-tempat gelap tanpa
penerangan tambahan.
"Dulu, di kamera video tingkat ISO harus
dibatasi maksimal sebesar 400, tapi dengan DSLR, ISO 1600 pun gambarnya
masih bersih," imbuh ALex, mengacu pada tingkat sensitivitas cahaya yang
tinggi pada DSLR.
Alex mengatakan, dia kerap bisa memakai DSLR untuk mengambil gambar di dalam ruangan maupun di tempat-tempat gelap seperti
nightclub tanpa mengunakan lampu penerang tambahan. "Ini sangat praktis dan menghemat waktu," tambahnya.
Efek
lain dari ukuran sensor yang lebih besar adalah ruang tajam yang lebih
sempit pada DSLR sehingga memungkinkan terciptanya efek backgorund blur
yang dramatis. "Kesannya sangat cinematic. Kalau dengan kamera video
bersensor kecil sulit dilakukan karena ruang tajamnya yang dalam,"
tandas Alex.
Pun begitu, DSLR bukannya tanpa kekurangan.
"Karena awalnya memang bukan dirancang untuk merekam film,
kamera-kamera DSLR ini tidak dilengkapi fungsi-fungsi penting seperti
timecode, output headphone untuk monitoring, maupun dan input (audio)
XLR." Menurut Alex, dirinya kerap kali harus berimprovisasi di lapangan
untuk mengatasi kekurangan-kekurangan DSLR itu.
Dalam
perkembangannya, kamera-kamera DSLR generasi terbaru telah mulai
melengkapi diri dengan fitur video yang lebih lengkap. Alex sendiri
termasuk salah satu sinematografer yang dimintai pendapatnya mengenai
DSLR oleh Canon dalam rangka membuat kamera video yang lebih baik.
Hasilnya sudah terwujud dalam Canon Cinema EOS C300 dan C500.
Siapapun BisaSatu
kelebihan lain dari DSLR yang tak kalah penting dibanding kamera video
konvensional adalah ukurannya yang kecil. Buat Alex, ukuran DSLR sudah
termasuk "discreet" atau tidak mencolok. Dia mengatakan, orang-orang
yang direkamnya tidak merasa bahwa Alex sedang membuat video. "Pikir
mereka, karena saya menenteng DSLR, saya pasti hanya mengambil foto
jadi mereka tidak terlalu risi" katanya.
Ukuran relatif kecil
juga membuat DSLR mudah ditempatkan di manapun. DSLR cukup ringan untuk
dipegang dan dibawa-bawa dalam waktu lama, serta cukup ringkas untuk
ditempatkan di tempat-tempat sulit. "DSLR bisa masuk ke tempat-tempat
dimana mustahil atau sangat sulit untuk membawa kamera film yang
berukuran sangat besar."
Last but not least, harga DSLR relatif murah dibandingkan kamera video
dedicated.
"Kami punya kamera film seharga 100 ribu dollar (Rp 9,4 miliar).
Dibandingkan kamera-kamera ini, DSLR kelihatan murah," ujar Alex.
Karena
faktor harga tersebut, DSLR jadi terjangkau oleh banyak orang. "Ini
bagus karena semua orang sekarang bisa buat video, semakin banyak juga
suara dan cerita yang disampaikan dari seluruh belahan dunia."
Alex
berpesan agar para pembuat film tidak terlalu silau dengan
peralatan-peralatan mahal. "Daripada beli satu kamera yang harganya
sangat mahal, lebih baik beli banyak kamera yang tak terlalu mahal dan
peralatan-peralatan pendukungnya," ujar Alex ketika salah satu peserta
bertanya soal alat kepadanya.
"Toh," kata Alex, "Yang menjadi
penentu adalah 'man behind the camera'. Menurut Alex, bahkan dengan
bermodal sebuah DSLR murah pun, seseorang sudah bisa membuat film bagus.
"Nanti ketika videonya sudah jadi, tak akan ada yang tahu atau bertanya
direkamnya pakai kamera apa."